Oleh Victor Sihombing
Jiwa dan roh manusia sudah galib jadi urusan gereja-gereja. Tetapi jarang, atau bahkan tak pernah, tubuh yang dijadikan urusan. “Itu ‘kan urusan dokter, olahragawan, atau mahasiswa biologi,” mungkin begitu pikir kita. Menariknya, kisah agung kekristenan—kisah Natal—menyatakan bahwa Firman Allah mengenakan tubuh dan lahir sebagai manusia. Dengan tubuh, Ia menjalankan tugas mulia menyelamatkan dunia.
Peristiwa luar biasa itu mengisyaratkan kaitan erat antara tubuh dan tugas mulia dari Allah. Sejak awal diciptakan, tubuh manusia memang sudah diberi tugas mulia. Dengan tubuhnya, manusia disuruh Allah menaklukkan alam yang lebih dulu diciptakan Allah (Kej. 1:28). Inilah mandat budaya yang diemban oleh umat manusia. Adam, manusia pertama, melaksanakannya dengan mengelola Taman Eden.
Roh dan jiwa belaka sudah pasti tidak sanggup menjalankan mandat tersebut. Tubuhlah “alat” yang tepat untuk menggarap alam fisik. Dengan tubuh kita bisa bersawah, melaut, menambang, membangun, dan mengerjakan banyak hal lainnya. Tubuh kita bisa menjamah, mengolah, dan mengubah berbagai hal di alam.
Sialnya, manusia pertama telah memberontak terhadap Allah sehingga umat manusia terkena hukuman: tubuh harus bersusah payah bekerja karena alam menjadi tidak bersahabat (Kej. 1:17-18). Lebih buruk lagi, dosa memperbudak manusia untuk melakukan hal-hal yang jahat. Karena itulah sepanjang sejarahnya manusia telah menimbulkan banyak kerusakan di dunia dengan tubuhnya.
Maka Natal adalah peristiwa berharga bagi seantero alam. Kerelaan Kristus, Sang Firman, untuk turun ke bumi sebagai penebus menunjukkan bahwa bumi itu penting. Walau bumi saat ini dilanda kerusakan, Kristus memberi harapan bahwa kelakakan ada pemulihan segala sesuatu (Kis. 3:21). Dan kesudian Kristus untuk menjelma, mengenakan tubuh, menegaskan bahwa tubuh itu penting. Kristus memberi harapan bagi perubahan tabiat dan pemulihan tubuh kepada tugas mulianya di bumi.
Dengan mati di kayu salib lalu bangkit dari kematian, Kristus menghancurkan perbudakan dosa atas bumi dan manusia. Maka setiap orang yang percaya kepada-Nya diberi arahan oleh Alkitab, “[K]amu telah dibeli [dari perbudakan dosa] dan harganya telah lunas dibayar. Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!” (1 Kor. 6:20). Kristus membebaskan—“membeli”—kita sehingga tubuh kita bisa kembali berselaras dengan tugas mulia yang telah ditetapkan Allah.
Karena itu, setelah dibeli Kristus, mari kita gunakan tubuh untuk melakukan “pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya” (Ef. 2:10). Tubuh kita harus menaklukkan bumi dengan belajar dan bekerja dan berbuat baik di berbagai sektor kehidupan. Lewat karya-karya, kita menghadirkan damai sejahtera Allah di tengah masyarakat, bangsa, dunia, dan dengan demikian memuliakan Allah.
Tubuh, yang memang Allah rancang untuk berinteraksi dengan alam, perlu kita latih untuk hidup selaras dengan alam dan memelihara alam. Contoh mudahnya adalah menggunakan tubuh kita untuk membersihkan alam dari sampah dan menahan tubuh kita dari aksi vandalisme terhadap alam. Selain itu, karena kita berakal, tubuh juga kita gunakan untuk mengembangkan teknologi ramah lingkungan yang membantu kita mengelola alam tanpa merusaknya.
Lewat semua tindakan tersebut, kita mengerjakan mandat budaya—tugas mulia kita—di tengah-tengah masalah dan ketidaksempurnaan di bumi akibat penjajahan dosa. Kita mengerjakannya sambil menantikan pembebasan total tubuh kita dari kehadiran dosa dan kebinasaan—hal yang dirindukan seluruh makhluk (Rom 8:19-23). Itu akan terjadi kelak, ketika Sang Firman datang kembali membawa pemulihan atas segala sesuatu.
Di masa yang kembali sempurna itu tubuh akan kembali berinteraksi secara selaras sempurna dengan alam untuk melakukan tugas mulianya, sama seperti di Taman Eden dahulu. Itulah yang memang dirancang Allah sejak semula dan itulah cara memuliakan Allah dengan tubuh. Itulah pula yang menegaskan kepada kita bahwa tubuh ini penting.
Tubuh, bukan hanya jiwa dan roh, memang harus jadi urusan gereja-gereja juga.
Victor Sihombing adalah seorang karyawan perusahaan konstruksi fasilitas industri yang bermukim di Depok, Jawa Barat.