Oleh S.P. Tumanggor
“Jangan salah, bambu ini tidak kalah dengan besi kekuatannya”, kata Sri Murni Dewi, guru besar Fakultas Teknik Universitas Brawijaya.1 Berpikir merakyat, ia meneliti bambu dan mendapati bahwa tumbuhan yang “merakyat” di Indonesia itu sangat mungkin dijadikan bahan konstruksi bangunan. Maka bersama rekan-rekannya ia menulis buku “Bambu Konstruksi untuk Rakyat” (UB Press, 2017).2
Sri, cendekiawan Indonesia asal Surabaya kelahiran tahun 1951, meraih gelar sarjana dan pascasarjana dari ITB dan ITS. Ia menekuni bambu selama belasan tahun, dan berkat bambulah ia menerima gelar doktor lewat disertasi berjudul “Analisis Plat Lapis Komposit Anyaman Bambu Sebagai Akibat Beban Lentur dan Beban in-plane”. Ia bahkan menjadi pemegang hak paten konstruksi bambu sejak tahun 2003.3
Bukan sekadar meneliti dan berteori, Sri menerapkan konstruksi bambu pada rumahnya sendiri. Tulangan bambu dipakainya sebagai ganti tulangan baja untuk lantai, balok, kolom, dan kuda-kuda rumah.4 Kegandrungannya kepada bambu dilandasi oleh pemikiran bahwa bambu yang tak kalah kuat dari besi itu mudah diperoleh rakyat. Berpikir merakyat, ia ingin memasyarakatkan konstruksi bambu agar rakyat dimudahkan dalam membuat bangunan.
Hanya saja saat ini mayoritas rakyat belum yakin akan keampuhan bambu. Jadi, tak jemu-jemu Sri mengungkapkan keunggulan bambu dari baja. Bambu, paparnya, bisa ditanam, bisa tumbuh cepat, dan bisa dipanen dalam lima tahun, sedangkan baja harus dibuat di pabrik dengan tuntutan energi besar dan tak bisa dihasilkan banyak-banyak dalam satu kali produksi.5 Inilah sumbangan berpikir konstruktif yang amat besar bagi kemajuan negara.
Sri tidak menutupi masalah-masalah yang masih dihadapi konstruksi bambu. Justru karena itu ia terus meneliti untuk menemukan pemecahan masalah. Sebagai contoh, masalah (tulangan) bambu yang sukar rekat dengan beton telah dipecahkan dengan cat dan labur pasir yang menutup pori-pori bambu sekaligus meningkatkan daya rekat bambu.6 Kecendekiaan yang tekun memang selalu dapat menemukan terobosan-terobosan.
Dengan sepak terjangnya, Sri menunjukkan bahwa berpikir merakyat adalah berpikir untuk kepentingan rakyat. Konstruksi bambunya ditujukan untuk digunakan rakyat Indonesia secara mudah dan murah. Ia memperlihatkan bahwa sarjana dan cendekiawan adalah bagian dari rakyat sehingga harus bersumbangsih besar kepada rakyat. Kesarjanaan dan kecendekiaan harus dibuktikan dengan pemikiran, tulisan, dan karya yang berguna bagi rakyat.
Selain itu, Sri menunjukkan bahwa berpikir merakyat adalah berpikir tentang mengilmiahkan kearifan yang diwarisi rakyat turun-temurun. Tak heran dalam sidang doktornya penelitian Sri dipuji rektor ITS karena mengungkapkan bahwa warisan-warisan lokal Indonesia “ternyata memiliki kadar keilmuan yang bisa dibuktikan dan dipertanggungjawabkan secara akademik”.7 Kesarjanaan dan kecendekiaan memang harus dibuktikan dengan mengembangkan hal-hal baik yang telah diwarisi rakyat.
Akhirnya, Sri menunjukkan bahwa berpikir merakyat adalah berpikir tentang hal-hal yang dekat dengan rakyat, yang mudah dijangkau rakyat. Bambu adalah hal yang dekat sekali dengan rakyat Indonesia, maka Sri selaku sarjana dan cendekiawan pun mengembangkannya. Kesarjanaan dan kecendekiaan memang pantas menelaah segala sesuatu yang dekat, yang terjangkau, dan yang relevan dengan rakyat.
Bicara tentang hal-hal yang dekat dengan rakyat, bambu tentu saja bukan satu-satunya. Masih ada banyak lagi di Indonesia! Sebagai contoh lain, kulit batang duku telah diteliti sebagai desinfektan alami pembunuh nyamuk. Kulit buah durian telah diteliti sebagai sumber energi listrik. Hebatnya, penelitian itu dilakukan oleh anak-anak sekolah menengah Indonesia dan mengantar mereka ke ajang ilmiah nasional ataupun internasional.8
Secara elok mereka menunjukkan bahwa Indonesia sudah punya modal besar (baik SDM maupun SDA) untuk menerapkan kecendekiaan kepada kerakyatan. Mereka juga menunjukkan bahwa berpikir konstruktif yang merakyat adalah modal pembangunan dan kemajuan negara. Tak dapat tidak.
Hingga saat ini Sri Murni Dewi tetap meneliti bambu. Ia ingin rakyat akhirnya yakin akan keandalan konstruksi bambu. Ia pun mengimbau agar mahasiswa dan dosen suka meneliti dan berinovasi di bidang konstruksi (jalan, rumah, jembatan) dan dalam pengabdian masyarakat.9 Imbauan itu tepat sekali, sebab memang masih terlalu banyak hal di dekat rakyat yang dapat dikembangkan bagi kesejahteraan rakyat dengan cara berpikir merakyat.
S.P. Tumanggor adalah seorang pengalih bahasa yang bermukim di Bandung, Jawa Barat.
Catatan
1 “Tiru Meksiko, Sukses Bikin Beton Bertulang Bambu” dalam Radar Malang terbitan 21.10.2013.
2 Keterangan tentang buku bisa dilihat situs Bookstore UB Press. <http://bookstore.ub.ac.id/shop/teknik/bambu-konstruksi-untuk-rakyat/>.
3 “Prof. Sri Murni Dewi: Pengganti Baja, Bambu untuk Tulangan Beton Bisa Kokoh dan Awet” dalam situs Prasetya. <https://prasetya.ub.ac.id/berita/id/html/17715>; “Tiru Meksiko, Sukses Bikin Beton Bertulang Bambu”, Radar Malang.
4 “Prof. Sri Murni Dewi: Pengganti Baja, Bambu untuk Tulangan Beton Bisa Kokoh dan Awet”, Prasetya.
5 “Prof. Sri Murni Dewi: Pengganti Baja, Bambu untuk Tulangan Beton Bisa Kokoh dan Awet”, Prasetya.
6 “Prof. Sri Murni Dewi: Pengganti Baja, Bambu untuk Tulangan Beton Bisa Kokoh dan Awet”, Prasetya.
7 Dadang. “Teliti ‘Gedek’ Sebagai Alternatif Dinding Tahan Gempa” dalam situs ITS. <https://www.its.ac.id/news/2005/12/28/teliti-gedek-sebagai-alternatif-dinding-tahan-gempa/>.
8 Mochamad Krisnariansyah. “Kulit Batang Duku Antarkan Okta Raih Penghargaan OPSI 2015” dalam situs Tribun Sumsel. <http://sumsel.tribunnews.com/2015/10/27/kulit-batang-duku-antarkan-okta-raih-penghargaan-opsi-2015>; Adi Sucipto K. “Kulit Buah Jadi Sumber Listrik” dalam situs Kompas. <https://sains.kompas.com/read/2012/12/17/15501327/Kulit.Buah.Jadi.Sumber.Listrik>.
9 “Kuliah Tamu Teknik Sipil Hadirkan Guru Besar Bidang Konstruksi” dalam situs UMM. <http://ft.umm.ac.id/id/berita/kuliah-tamu-teknik-sipil-hadirkan-guru-besar-bidang-konstruksi.html>.
Siap belajar dan menginformasikan ke masyarakat desa tentang konstruksi bambu sebagai bahan alernatif penganti besi.