Oleh Victor Samuel
Penghargaan terhadap Alkitab dapat diwujudkan dengan cara yang semarak. Contohnya tampak dalam Kitab Kells, kitab berbahasa Latin yang berisi teks empat kitab injil (Matius, Markus, Lukas, Yohanes) dan dihiasi banyak gambar. Kitab ini, yang ditulis pada akhir abad ke-8 oleh biarawan-biarawan Kelt ordo Kolumba di Iona (Skotlandia) dan Kells (Irlandia), menjadi sangat terkenal dan dikagumi di seluruh dunia karena gambar-gambarnya yang semarak: rumit, teliti, dan agung.1
Terbuktilah bahwa umat Kristen dari berbagai bangsa sebetulnya dapat menghasilkan bentuk-bentuk karya seni budaya yang menghargai Alkitab dan menyemarakkan kekristenan. Penuh gambar bergaya insular (“pulau”) yang umum didapati di Kepulauan Britania,2 Kitab Kells menunjukkan kepiawaian orang Kelt dalam mempribumikan kekristenan dengan memanfaatkan bentuk-bentuk ragam hias yang sudah lama dimiliki budaya mereka.
Kitab Kells dibuat semarak secara visual untuk dipertontonkan kepada jemaat (yang umumnya buta bahasa Latin) di saat misa. Sebagai suatu karya pustaka besar, ke-340 halamannya dihias gambar-gambar. Para ahli memperkirakan setidaknya ada empat seniman dengan gaya berbeda-beda yang menggambar Kitab Kells selama bertahun-tahun.3
Desain gambar-gambarnya sungguh semarak. Masing-masing injil diawali dengan halaman-halaman yang seluruhnya berisi gambar. Beberapa di antaranya berupa gambar empat makhluk yang melambangkan keempat penulis injil dan gambar sosok penulis injil yang bersangkutan. Dalam keempat Injil, banyak gambar yang mengungkapkan peristiwa-peristiwa penting seperti penyaliban dan kelahiran Yesus Kristus.4
Halaman-halaman terdepan Kitab Kells antara lain berisi gambar salib besar yang dihias dengan motif rumit di sekelilingnya serta gambar-gambar lambang dan sosok keempat penulis injil dalam berbagai bentuk dan ukuran. Ada juga halaman daftar isi yang mencantumkan nama-nama kitab injil dengan dihiasi bentuk lengkungan-lengkungan.5 Semuanya mengungkapkan semarak penghargaan terhadap Alkitab.
Huruf pertama di setiap halaman dibuat berukuran besar dan dihiasi gambar-gambar hewan, manusia, dan makhluk-makhluk mitos yang sedang beraksi. Ini adalah motif hias khas bangsa Kelt—dan Kitab Kells adalah satu-satunya kitab yang setiap halamannya menampilkan kekhasan itu. Kekreatifan juga menonjol dalam penggabungan huruf-huruf Latin untuk membentuk objek-objek (misalnya: ekor-ekor huruf ‘A,’ ‘C’, dan ‘I’ digabung membentuk sosok pria bermain harpa).6
Kitab Kells memberi contoh hebat kepada Gereja masa kini tentang pempribumian kekristenan sekaligus penghargaan tinggi kepada Alkitab. Sayangnya, hari ini banyak umat Kristen di dunia, termasuk di Indonesia, cenderung menyisihkan semarak budaya setempat dan menganggap bahwa budaya kekristenan Baratlah yang paling tinggi dan paling sahih.
Sikap seperti ini hanya akan merugikan Gereja dan kekristenan. Sebagai contoh, budaya Indonesia memiliki kesemarakan besar yang seharusnya dapat dimanfaatkan untuk menyatakan penghargaan tinggi terhadap Alkitab. Apalagi orang Indonesia terkenal dengan naluri seninya yang tinggi!
Namun, dalam menghasilkan sesuatu yang semarak, prosesnya belum tentu selalu semarak. Para rahib Kelt mengerjakan Kitab Kells selama bertahun-tahun dengan proses yang mencakup banyak pekerjaan, mulai dari berternak hewan, memproses kulit hewan untuk menjadi “kertas”, memikirkan gambar-gambar yang indah dan kreatif, memperbaiki kesalahan, sampai duduk membungkuk seharian untuk menggambar dalam ruang remang-remang (lilin dilarang digunakan untuk menghindari kebakaran manuskrip).7
Potensi daya cipta umat Kristen masa kini pun tetap besar untuk menghargai Alkitab dan mempribumikan kekristenan. Dengan kerja keras, ketelitian, dan keterampilan seni, umat Kristen masa kini patut melahirkan karya-karya seni yang bukan saja memuliakan Alkitab melainkan juga membawa budaya setempat ke tingkat yang lebih tinggi.
Hari ini Kitab Kells disimpan di Perpustakaan Trinity College, di Dublin, Irlandia, dan setiap tahun lebih dari 500 ribu pengunjung datang ke sana untuk mengaguminya. Gerallt Gymro (Lat.: Giraldus Cambrensis), rohaniwan dan sejarawan abad ke-12 asal Wales, memuji Kitab Kells sebagai “hasil karya malaikat, bukan manusia.”8 Itu penghargaan yang besar bagi kekristenan Kelt dan bagi Alkitab!
Isi, pesan, dan cerita dalam Alkitab amatlah semarak. Gereja di berbagai negeri, termasuk Indonesia, perlu memuliakan dan menghargainya dengan melahirkan banyak “hasil karya malaikat” khas budaya setempat nan semarak.
Victor Samuel adalah seorang insinyur di bidang energi yang bermukim di DKI Jakarta.
Catatan
1 Joshua J. Mark. “Book of Kells” dalam Ancient History Encyclopedia. <https://www.ancient.eu/Book_of_Kells/>.
2 “Irish Treasures: The Book of Kells” dalam Claddagh Design. <https://www.claddaghdesign.com/history/irish-treasures-the-book-of-kells/>.
3 “Irish Treasures: The Book of Kells”, Claddagh Design.
4 “Irish Treasures: The Book of Kells”, Claddagh Design.
5 “Irish Treasures: The Book of Kells”, Claddagh Design.
6 “Irish Treasures: The Book of Kells”, Claddagh Design.
7 Joshua J. Mark, “Book of Kells”.
8 Joshua J. Mark, “Book of Kells”.