Salam di bulan dua belas 2017, Sidang Pembaca!
Masa raya Natal datang lagi, dan kita secara khusus mengenang serta mengapresiasi peristiwa hebat yang dinyatakan demikian oleh Alkitab: “Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita” (Yoh. 1:14). Inilah peristiwa kelahiran Yesus, yang digelari Kristus/Mesias, dari anak dara Maria di Betlehem, kota Nabi Daud. Ia, Firman yang kekal, telah menjelma, telah mengenakan tubuh, telah memasuki sejarah umat manusia.
Penjelmaan Sang Firman menunjukkan kepada kita makna penting tubuh selaku ciptaan Allah yang baik tapi juga yang telah terjajah kuasa dosa. Karena tubuh itu baik, maka Sang Firman berkenan mengenakannya. Karena tubuh yang baik itu telah terjajah kuasa dosa, maka Sang Firman menebusnya agar tubuh dapat dibangkitkan kembali dalam keadaan mulia kelak. Lima peladang Komunitas Ubi (Kombi) menuliskan ide-ide sega seputar makna penting tubuh itu.
Tubuh diciptakan Allah sebagai sesuatu yang baik—dan ajaib. Penjelmaan Sang Firman, ungkap Helminton Sitanggang, mengajari kita untuk menghormati dan memelihara tubuh sehingga kita berpeluang untuk hidup lebih lama dan berkarya lebih banyak di bumi. Dengan begitu kita menggenapi asas “tubuh untuk Tuhan dan Tuhan untuk tubuh” (1 Kor. 6:13).
Tubuh adalah ciptaan baik yang dirancang Allah untuk menanggapi alam fisik yang telah lebih dulu diciptakan Allah. Penjelmaan Sang Firman, papar Victor Sihombing, mendorong kita menggunakan tubuh untuk berinteraksi dengan alam, untuk melakukan pekerjaan baik di segala sektor kehidupan. Dengannya kita menggenapi amanat “muliakanlah Allah dengan tubuhmu” (1 Kor. 6:20).
Tubuh, ciptaan Allah yang baik, telah berpotensi jahat akibat kejatuhan manusia ke dalam dosa. Penjelmaan Sang Firman, ujar Hotgantina Sinaga, menebus dan memberdayakan kita untuk menang atas potensi jahat itu dengan kuasa kebangkitan-Nya dari kematian. Setelah ditebus, kita wajib menggenapi titah untuk “menyerahkan anggota-anggota tubuhmu menjadi hamba kebenaran” (Rom. 6:19).
Karena tubuh adalah ciptaan Allah yang baik, Allah menginginkannya sebagai persembahan bagi-Nya. Penjelmaan Sang Firman, papar Victor Samuel, memberi kita teladan untuk mempersembahkan tubuh demi menggenapi rancangan-rancangan Allah. Dengannya kita menggenapi nasihat untuk menjadikan tubuh kita “kurban yang hidup, yang kudus dan menyenangkan Allah” (Rom. 12:1).
Tubuh memang ciptaan Allah yang baik, sebab di kekekalan nanti pun kita akan tetap bertubuh. Penjelmaan Sang Firman, ungkap S.P. Tumanggor, membuka jalan kebangkitan tubuh dari kematian kepada keadaan baru yang mulia. Dengan begitu genaplah sabda bahwa Ia akan datang kembali dan “mengubah tubuh kita yang hina ini, sehingga serupa dengan tubuh-Nya yang mulia” (Fil. 3:21).
Semua tulisan Kombi bulan ini disusun agar pembaca tergugah untuk mengapresiasi tubuh dan menggunakannya demi memperjuangkan kebaikan di bidang panggilan masing-masing. Peristiwa Natal adalah dasarnya, sebab Kristus, Sang Firman, telah mengapresiasi tubuh sehingga Ia mengenakannya sewaktu menjelma dan menggunakannya untuk berbuat baik. Segala puji bagi Imanuel—“Allah beserta kita”!
Selamat ber-Natal dan selamat ber-Ubi.
Komunitas Ubi