Oleh Stefani Krista
“Koleksi ini sangat berharga. Tetapi kelemahannya, penerjemah sangat minim. Pak Sarwit juga membawa naskah itu ke daerah asalnya dan mencari orangtua yang masih bisa mengerti aksara Kaganga.”1
Perkataan itu diutarakan Ahadin, kepala Museum Negeri Bengkulu, di pertengahan tahun 2011. Ia mengungkapkan keprihatinannya bahwa dari 126 naskah kuna beraksara Kaganga yang tersimpan di museum, hanya sedikit yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Padahal koleksi berumur ratusan tahun itu amat berharga karena mengandung kekayaan sejarah dan sastra Bengkulu.2 Hingga kini, fakta minimnya orang yang “masih bisa mengerti aksara Kaganga” membuat kekayaan itu terpendam dalam ruang sepi museum belaka.
Aksara Kaganga adalah sebutan lain untuk aksara Rejang—aksara pusaka suku Rejang, suku yang menghuni Provinsi Bengkulu. Nama “Kaganga” diciptakan oleh antropolog Inggris, Mervyn A. Jaspan, berdasarkan tiga huruf pertama aksara itu. Aksara Rejang masuk keluarga aksara Brahmik (asal India) dan merupakan turunan aksara Pallawa dengan bentuk yang telah dimodifikasi secara kreatif dan unik.2
Modifikasi kreatif tampak dalam penggunaan bentuk bersudut pada aksara Rejang—sebagai lawan bentuk melengkung pada aksara Pallawa.3 Selain itu, bentuk unik aksara Rejang didapat dari cara penulisannya yang ditarik ke kanan atas dengan kemiringan kira-kira 45 derajat. Maka aksara ini terkadang disebut juga “aksara rencong,” sebab “rencong” dalam bahasa Melayu bermakna “serong, miring.”4
Keberanian leluhur suku Rejang memodifikasi aksara Pallawa patutlah kita puji. Mereka memberi teladan kepada kita, orang Indonesia masa kini, untuk tidak cuma bisa meniru mentah-mentah produk budaya asing. Tak cuma itu, fakta bahwa suku Rejang memakai rupa-rupa bahan untuk menuliskan aksara Rejang―kulit kayu, gelondongan bambu, kulit hewan, daun lontar―menunjukkan kepiawaian mereka membuat media tulis dari berbagai benda di alam. Sungguh kreatif!
Naskah-naskah kuna beraksara Rejang menceritakan banyak hal, dari silsilah keluarga, mantra, ramalan nasib, syair percintaan, cerita kepahlawanan, sampai ajaran agama Islam dan hukum adat.5 Semua ini jelas mengungkapkan kekayaan sejarah dan sastra Suku Rejang—yang berarti kekayaan bangsa Indonesia juga!
Maka sungguh sayang jika isi dari naskah-naskah berharga itu tak diketahui, tak digali, dan tak dikembangkan. Untuk itu berbagai usaha perlu dikerahkan agar banyak orang bisa melek aksara Rejang.
Kita patut bersyukur bahwa aksara Rejang sudah dijadikan mata pelajaran muatan lokal di sekolah-sekolah di Provinsi Bengkulu. Bahkan di Kabupaten Bengkulu Utara telah diterapkan buku ajar aksara Rejang.6 Namun, jika hanya diajarkan di sekolah, siswa bisa menganggapnya sekadar mata pelajaran saja. Dalam hidup sehari-hari mereka bisa “melupakan”nya― karena tidak ada kesempatan untuk menggunakannya. Jadi, perlu terus dipikirkan cara untuk membuka kesempatan-kesempatan ini.
Usaha lain yang sudah dilakukan adalah pendigitalan aksara Rejang. Sarwit, pakar aksara Kaganga, dan rekan-rekannya dari tim dosen Universitas Bengkulu membuat purwarupa aksara Kaganga dalam bentuk hiperteks. Purwarupa ini memang masih butuh penyempurnaan, tapi sudah bisa digunakan untuk membuat media pembelajaran aksara Rejang bagi siswa sekolah dasar.7
Selain itu, upaya pemasyarakatan aksara Rejang harus gencar dilakukan. Pembubuhan aksara Rejang pada pelang nama jalan di Bengkulu sudah baik. Dengan begitu, orang Bengkulu akan sering melihat dan membaca aksara Rejang setiap kali bepergian. Selanjutnya, bisa pula dibuat perangkat lunak penerjemah aksara Rejang8 yang mudah diakses sebagai aplikasi ponsel pintar.9
Aksara Rejang adalah pusaka berharga bagi masyarakat Bengkulu dan Nusantara. Naskah-naskah kuna yang menggunakan aksara ini mengandung pelajaran dari masa lalu yang dapat dipakai sebagai bekal menatap hari depan. Selayaknyalah kita tak cuma bangga atas pusaka itu tapi berupaya pula melestarikan dan mengaktualkannya dalam zaman dan generasi kita.
.
Stefani adalah seorang karyawan swasta yang tinggal di Rengat, Riau.
.
Catatan
1 “Penerjemah Aksara Kaganga Makin Langka” dalam situs Kompas. <http://oase.kompas.com/read/2011/05/21/23133184/Penerjemah.Aksara.Kaganga.Makin.Langka>.
2 Aksara Nusantara lain yang juga turunan dari aksara Pallawa, misalnya aksara Sunda, diawali pula dengan huruf ka-ga-nga. Tapi “aksara Kaganga” secara khusus menjadi sebutan untuk aksara Rejang. Lihat “Aksara Ka Ga Nga” dalam situs Warisan Budaya Indonesia. <http://warisanbudayaindonesia.info/view/warisan/2786/Aksara_Ka_Ga_Nga>.
3 “Aksara Kaganga, antara Ada dan Tiada” dalam situs Arkeologi. <http://arkeologi.web.id/articles/epigrafi-a-manuskrip/1033-aksara-kaganga-antara-ada-dan-tiada>.
4 “Surat Ulu: Sekerabat Aksara di Sumatera Sebelah Selatan” dalam situs Wacana Nusantara. <http://www.wacananusantara.org/surat-ulu-aksara-kaganga-aksara-rencong-aksara-kerinci-dan-aksara-lampung>.
5 Aksara Rejang sekerabat dengan dua aksara lainnya yang juga berkembang di kawasan selatan Sumatera, yakni aksara Kerinci dan aksara Lampung. Semua aksara ini biasa disebut “Surat Ulu.” Kata “Ulu” merujuk kepada daerah pegunungan dan menunjukkan bahwa kelompok masyarakat pemakai aksara itu berada di kawasan pegunungan Sumatera. Lihat “Surat Ulu: Sekerabat Aksara di Sumatera Sebelah Selatan.”
6 “Kaganga: Digitalisasi 4 Aksara Ulu Bengkulu Rampung” dalam situs Aman Bengkulu. <http://amanbengkulu.or.id/kaganga-digitalisasi-4-aksara-ulu-bengkulu-rampung/>.
7 Adhitya Ramadhan “Aksara Ulu Didigitalisasi Tim Dosen Universitas Bengkulu” dalam situs Kompas. <http://edukasi.kompas.com/read/2013/09/24/1107547/Aksara.Ulu.Didigitalisasi.Tim.Dosen.Universitas.Bengkulu>.
8 Saran ini bertitik tolak pada artikel “Mahasiswa Surabaya Kembangkan Software Penerjemah Aksara Jawa” dalam situs Kompas. <http://tekno.kompas.com/read/2009/04/06/20492920/Mahasiswa.Surabaya.Kembangkan.Software.Penerjemah.Aksara.Jawa>.
9 Saran ini bertitik tolak pada artikel “Aplikasi Hanacaraka, Cara Belajar Aksara Jawa di Ponsel Android” dalam situs Berita Satu. <http://www.beritasatu.com/iptek/158607-aplikasi-hanacaraka-cara-belajar-aksara-jawa-di-ponsel-android.html>.