Belajar dari Mengajar

Salam sejahtera di bulan sembilan 2015, Sidang Pembaca!

Hidup di dunia adalah proses belajar terus-menerus. Sebagai makhluk yang tidak serbatahu, sudah sepantasnya kita menjadi pembelajar seumur hidup. Dari berbagai hal kita dapat belajar, kita dapat memetik hikmah dan ilmu untuk kebaikan diri sendiri, sesama, bangsa, dan dunia. Ya, dari berbagai hal kita dapat belajar—termasuk dari kegiatan mengajar.

Bulan ini Komunitas Ubi (Kombi) mengerahkan lima peladang-pembelajar yang punya pengalaman dalam kegiatan mengajar. Berdasarkan pengalaman tersebut, kelimanya mempelajari dan mengkaji ide-ide yang bisa dijadikan asupan bagus bagi dunia pendidikan di Indonesia. Semuanya lantas dilarih ke dalam lima tulisan apik.

Dari pengalaman mengajar di lembaga PAUD, Farida Sitorus belajar tentang kesenjangan antara ideal pendidikan anak usia dini dengan pelaksanaannya di lapangan. Jika kesenjangan itu dibiarkan, tunas-tunas bangsa tidak dipersiapkan dengan baik dan seimbang—jasmani, mental, rohani—untuk memasuki masa sekolah, dan ini tidak akan baik bagi masa depan Indonesia.

Dari pengalaman mengajar sains untuk siswa SD, Melissa Chen belajar tentang perlunya perelevanan sains dengan hidup nyata sehari-hari. Sains yang relevan adalah sains tepat guna yang dapat membantu tunas-tunas bangsa tumbuh menjadi pribadi-pribadi yang berpikir logis, ilmiah, mawas diri, dan sadar lingkungan.

Dari pengalaman mengajar kelas penulisan untuk mahasiswa dan alumnus perguruan tinggi, S.P. Tumanggor belajar tentang tidak mahirnya banyak orang Indonesia dalam menuliskan pikirannya sendiri. Tanpa serius membentuk generasi cendekia yang mampu menuliskan ide-ide cemerlangnya, kita sedang mengerdilkan potensi bangsa sekaligus menahan banyak kebaikan dari dunia.

Dari pengalaman mengajar kelas privat untuk siswa SD, Yunicha Pagiling belajar tentang pentingnya pengajar berkarakter sabar dan tidak mendominasi. Karakter macam itu mengokohkan, bukan menggoyahkan, kepercayaan diri pelajar sehingga mereka tertuntun menjadi pribadi-pribadi yang pintar, bijaksana, dan mandiri.

Dari pengalaman mengajar PKn untuk siswa SMU, Viona Wijaya belajar tentang pola pengajaran PKn yang tidak menggugah minat siswa. Jika pola itu tidak dibenahi, PKn akan kehilangan nilai strategisnya sebagai pelajaran ujung tombak dalam membangun rasa cinta tanah air dalam diri para pelajar Indonesia.

Setiap tindakan belajar-dari-mengajar di atas punya titik temu dalam ide besar: belajar itu penting dan kita, selaku pribadi atau bangsa, harus menggiatkannya demi segala kebaikan. Lewat pendidikan, yang ditata seapik-apiknya, rakyat Indonesia harus ditempa jadi insan-insan cerdas nan kaya manfaat. Karenanya, Sidang Pembaca, mari kita menjadi pembelajar seumur hidup.

Selamat ber-Ubi.

Penjenang Kombi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *