Salam sejahtera di bulan lima 2016, Sidang Pembaca! Peringgi adalah istilah lawas untuk orang Barat. Awalnya istilah itu dipakai orang Melayu untuk menyebut orang Portugis yang datang ke Malaka pada abad ke-16. Namun, lambat laun Peringgi menjadi sebutan umum untuk semua orang Eropa kulit putih. Dalam rumpun tulisan Komunitas Ubi… Read more »
Oleh Helminton Sitanggang Peran besar orang Peringgi/Barat dalam penentuan kebijakan dunia tak dapat diragukan lagi. Banyak kebijakan strategis dalam badan-badan dan negara-negara dunia dibuat atas pengaruh mereka. Bahkan banyak sekali standar mutu dan prosedur gubahan orang Peringgi yang dipungut oleh bangsa-bangsa lain, termasuk Indonesia. Kita pun berpikir, “Enak betul jadi… Read more »
Oleh Sahat Sinurat Beberapa tahun lalu, saya terlibat dalam program pengembangan masyarakat di Pulau Sumba, NTT. Di sana saya sempat menginap di sebuah tempat istirahat di tepi pantai dan bertemu dengan seorang Peringgi/Barat asal Eropa yang melancong sendirian. Ia sudah berada di Sumba selama sebulan. Ia menceritakan kepada saya bagaimana… Read more »
Oleh Lasma Panjaitan Kalau saya harus mengapresiasi orang Peringgi/Barat, saya akan memuji kelihaian mereka dalam menghasilkan banyak ide dan meyakinkan orang lain untuk mengikutinya. Mereka piawai menggagas dan memasarkan ke seluruh dunia ide-ide mereka tentang berbagai bidang kehidupan: politik, ekonomi, hukum, agama, sains, sosial, sampai kepada lagu dan pakaian. Hari… Read more »
Oleh S.P. Tumanggor Kekeluargaan. Di telinga orang Indonesia pada umumnya kata itu terdengar syahdu sekali—malah mungkin nyaris “sakral.” Ketika mendengarnya terbayanglah budaya keakraban yang membentuk kita jadi bangsa peramah, bertenggang rasa, bergotong royong, dan sederet gambaran baik lainnya. Tak heran Sukarno, proklamator kemerdekaan Indonesia, menyatakan gotong royong—salah satu wujud budaya… Read more »