Selaras

Komunitas Ubi   17 November 2016   Tak ada komentar pada Selaras

Salam sejahtera di bulan sebelas 2016, Sidang Pembaca!

Di kalangan Kristen, Gereja Katolik menonjol dengan gagasan tentang inkulturasi, yakni pempribumian ajaran Kristen dalam budaya setempat. Lewat inkulturasi, yang wujudnya sering nyata pada bangunan-bangunan gereja Katolik, iman diharapkan tidak bersengketa dengan budaya tapi malah selaras dan saling memperkaya. Iman, tentu saja, menjadi penentu tentang budaya mana yang bisa dipertahankan, diberi makna baru, atau malah dibuang sama sekali.

Komunitas Ubi (Kombi) amat mengapresiasi usaha penyelarasan tersebut—yang kontras dengan sikap mengabaikan budaya setempat yang kerap ditunjukkan banyak orang/komunitas Kristen. Dasar apresiasi itu adalah teladan-teladan keselarasan serupa dalam Alkitab. Lima peladang menampilkannya dalam lima tulisan dan menelaah cerminannya pada lima bangunan gereja Katolik di Indonesia sambil membahas seluk-beluk kekristenan dan budaya.

Kekristenan, ujar Victor Samuel, sepatutnya menggarami dan menerangi budaya, bukan malah memeranginya secara pukul rata. Gagasan itu dibeberkannya sembari menggambarkan keselarasan iman-budaya pada gereja Katolik berarsitektur Karo di Sumatera Utara. Ini dilihatnya serasi dengan tindakan Paulus dan Salomo yang masing-masing menggunakan pepatah-pepatah Yunani dan seni rupa Asia Barat.

Kekristenan, kata S.P. Tumanggor, sangat boleh mempertahankan budaya. Gagasan itu diulasnya sembari menggambarkan keselarasan iman-budaya pada gereja Katolik berarsitektur Tionghoa di DKI Jakarta. Ini ditiliknya mirip dengan tindakan bani Israel yang memakai sistem ukur dan alat-alat musik khas Asia Barat.

Budaya, ungkap Viona Wijaya, dapat membantu pemaknaan iman. Gagasan itu dinyatakannya sembari menggambarkan keselarasan iman-budaya pada gereja Katolik berarsitektur Jawa di DI Yogyakarta. Ini dipandangnya senada dengan tindakan bani Israel yang memanfaatkan sistem kurban dan sistem imam yang sudah dikenal bangsa-bangsa di Asia Barat.

Kekristenan, kata Victor Sihombing, semestinya menjadi rumah bagi budaya. Gagasan itu dikupasnya sembari menggambarkan keselarasan iman-budaya pada gereja Katolik berarsitektur Bali di Bali. Ini ditiliknya cocok dengan tindakan Abraham yang memakai tradisi membelah dua binatang dan sunat dalam kaitan dengan perjanjian.

Kekristenan, ujar Paul Sagajinpoula dan Samsu Sempena, seharusnya sengaja menggunakan budaya untuk menghormati Allah. Gagasan itu mereka paparkan sembari menggambarkan keselarasan iman-budaya pada gereja Katolik berarsitektur Jawa di Jawa Timur. Ini mereka lihat sesuai dengan tindakan Abraham dan Yakub yang menggunakan pohon besar dan batu besar dalam kaitan dengan ibadah.

Kelima bangunan gereja Katolik yang muncul dalam tulisan-tulisan bulan ini menjulang sebagai model rancak tentang keselarasan kekristenan dengan budaya Nusantara. Tidak sempurna mungkin, tapi seharusnya mengilhami Gereja Indonesia secara umum bahwa keselarasan itu patut dikejar. Karena Alkitab sendiri memberi banyak contoh mengenainya, Kombi pun berharap dapat menyaksikan keselarasan iman-budaya makin menggejala di kalangan Kristen di tanah air tercinta.

Selamat ber-Ubi.

Penyunting Kombi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *