Oleh Herdiana Situmorang
Selaku dokter, saya sudah tidak asing dengan kegiatan menulis. Selama dan setelah lulus kuliah, saya sering menulis tulisan ilmiah—yang terikat aturan baku dan berbahasa “kaku”. Tetapi sejak bergabung dengan Komunitas Ubi (Kombi) di tahun 2016, barulah saya berlatih menulis tulisan opini secara luwes dengan topik-topik unik dan menantang. Melaluinya, wawasan saya diluaskan sehingga setiap kali menulis terasa seperti sedang memanen mutiara di lautan wawasan.
Mutiara itu berupa berbagai hikmah/ide yang sangat berharga dan memperkaya wawasan saya. Kami di Kombi mendapatkannya ketika menyelami lautan wawasan lewat bacaan serius, riset, dan penalaran untuk membuat tulisan. Mutiara itu kemudian kami persembahkan bagi kekristenan dan keindonesiaan, dua hal yang menjadi “roh” Kombi. Sejauh ini sudah tiga belas kali saya memanen mutiara dari lautan wawasan. Sungguh pengalaman yang mengasyikkan!
Saya memanen mutiara di bidang gelutan saya ketika menulis “Bedah Inovasi Rumah Sakit”1 dan “‘Pohon Inovasi’ Pengafiat Bangsa”.2 Saya tak hanya mendapati kenyataan menyesakkan bahwa Indonesia minim inovasi, tetapi juga kenyataan melegakan bahwa dokter-dokter Indonesia bisa menjadi pencetus inovasi. Saya pun mendapatkan wawasan bahwa jika negara ingin maju, maka warganya harus rajin berinovasi, tidak bisa tidak.
Mutiara hikmah tentang inovasi masih saya panen ketika menulis “Bakar Batu dan Perdamaian Raya Natal”3 dan “Menikmati dan Memaknai Hidup dalam Swieconka”.4 Saya jadi tahu betapa inovatifnya orang Papua mempribumikan Natal dan orang Polandia mempribumikan Paskah ke dalam kebudayaan mereka. Selain meluaskan wawasan dalam hal pempribumian kekristenan, saya pun merasa seperti sedang menjelajahi Papua dan Polandia.
Bukan hanya kedua tempat itu yang saya jelajahi. Di dalam negeri, saya juga bertandang lewat tulisan ke Kalimantan Timur saat menulis “Garca Sangkulirang: Gambar Kepercayaan diri”,5 ke Kalimantan Barat saat menulis “Danau Sentarum: Dekat di Mata, Jauh di Kocek”,6 bahkan ke wilayah-wilayah lain di Indonesia saat menulis “Jelajah Jati Diri Bangsa”.7 Melaluinya, wawasan saya diluaskan tentang besarnya potensi seni, wisata, dan budaya Indonesia.
Di luar negeri, saya juga bertandang lewat tulisan ke Yunani dan Belgia saat menulis “Yunani: Tongkat Kekuasaan Pasti Beralih”8 dan “Terkoyak Tombak Kesengsaraan”.9 Dari tokoh Daniel yang mengartikan mimpi Raja Nebukadnezar, saya mewawas tentang fananya kuasa duniawi. Dari tokoh Simon Bening yang melukis tentang penikaman lambung Kristus, saya mewawas tentang keikutsertaan orang Kristen dalam kesengsaraan Kristus melalui pekerjaan baik di dunia.
Mutiara berharga saya panen juga ketika menulis tentang tokoh-tokoh Indonesia. Menulis “Tuanku Abdul Hamid, Meluaskan Pengaruh Bangsa di Dunia”,10 saya mewawas pengaruh besar orang Nusantara di kancah internasional. Menulis “Gusti Jamhar Akbar: Pesan Pantang Menyerang Sang Maestro Lamut”,11 saya mewawas kinerja berseni yang pantang menyerah. Kedua tokoh menunjukkan bahwa orang Indonesia berpotensi besar dan tak perlu minder di hadapan bangsa lain.
Mutiara berharga saya panen pula ketika menulis tentang tokoh-tokoh Kristen luar negeri seperti “Pandita Ramabai: Pejuang Hak Wanita”12 dari India dan “Fiachra: Penyemai Belas Kasihan di Eropa”13 asal Irlandia. Saya merasakan dalamnya lautan wawasan ketika membaca sumber-sumber tentang hidup dan kiprah mereka. Saya pun mewawas bahwa kesalehan kristiani haruslah mewujud dalam perbuatan baik.
Saya bersyukur kepada Tuhan ketika mengingat semua panen itu! Lewat tulisan-tulisan Kombi wawasan kekristenan dan keindonesiaan saya diluaskan sehingga saya makin mengasihi Tuhan dan Indonesia. Saya beruntung karena bisa turut menyumbangkan ide-ide baik bagi kekristenan dan keindonesiaan.
Jika saya dapat menulis lebih banyak lagi di Kombi atau di manapun, saya yakin bahwa wawasan saya akan semakin luas. Saya percaya bahwa penyelaman lautan wawasan demi memanen mutiara hikmah menyenangkan Tuhan, yang menginginkan manusia berhikmat dalam kehidupan sehari-hari. Hikmat adalah seperti “perhiasan bagi leher” manusia (Ams. 3:22b).
Saya ingin meronce banyak mutiara hikmah/ide menjadi “perhiasan indah bagi leher” saya. Sebab itu saya bersemangat untuk terus menulis berbagai hal bersama Kombi—untuk terus memanen mutiara dari lautan wawasan.
Herdiana Situmorang adalah seorang dokter yang bermukim di DKI Jakarta.
Catatan
1 Herdiana Situmorang. “Bedah Inovasi Rumah Sakit” dalam situs Kombi. <http://komunitasubi.com/2016/01/bedah-inovasi-rumah-sakit/>.
2 Herdiana Situmorang. “”Pohon Inovasi” Pengafiat Bangsa” dalam situs Kombi. <http://komunitasubi.com/2016/09/pohon-inovasi-pengafiat-bangsa/>.
3 Herdiana Situmorang. “Bakar Batu dan Perdamaian Raya Natal” dalam situs Kombi. <http://komunitasubi.com/2016/12/bakar-batu-dan-perdamaian-raya-natal/>.
4 Herdiana Situmorang. “Memaknai dan Menikmati Hidup dalam Swieconka” dalam situs Kombi. <http://komunitasubi.com/2017/04/memaknai-dan-menikmati-hidup-dalam-swieconka/>.
5 Herdiana Situmorang. “Garca Kalimantan: Gambar Kepercayaan Diri” daam situs Kombi. <http://komunitasubi.com/2016/07/garca-kalimantan-gambar-kepercayaan-diri/>.
6 Herdiana Situmorang. “Danau Sentarum: Dekat di Mata, Jauh di Kocek” dalam situs Kombi. <http://komunitasubi.com/2017/02/danau-sentarum-dekat-di-mata-jauh-di-kocek/>.
7 Herdiana Situmorang. “Jelajah Jati Diri Bangsa” dalam situs Kombi. <http://komunitasubi.com/2017/10/jelajah-jati-diri-bangsa/>.
8 Herdiana Situmorang. “Yunani: Tongkat Kekuasaan Pasti Beralih” dalam situs Kombi. <http://komunitasubi.com/2018/01/kerajaan-yunani-tongkat-kekuasaan-pasti-beralih/>.
9 Herdiana Situmorang. “Terkoyak Tombak Kesengsaraan” dalam situs Kombi. <http://komunitasubi.com/2018/03/terkoyak-tombak-kesengsaraan/>.
10 Herdiana Situmorang. “Tuanku Abdul Hamid: Meluaskan Pengaruh Bangsa di Dunia” dalam situs Kombi. <http://komunitasubi.com/2017/05/tuanku-abdul-hamid-meluaskan-pengaruh-bangsa-di-dunia/>.
11 Herdiana Situmorang. “Gusti Jamhar Akbar: Pesan Pantang Menyerah Maestro Lamut” dalam situs Kombi. <http://komunitasubi.com/2017/09/gusti-jamhar-akbar-pesan-pantang-menyerah-maestro-lamut/>.
12 Herdiana Situmorang. “Pandita Ramabai: Pejuang Hak Wanita” dalam situs Kombi. <http://komunitasubi.com/2017/07/pandita-ramabai-pejuang-hak-wanita/>.
13 Herdiana Situmorang. “Fiachra: Penyemai Belas Kasihan di Eropa” dalam situs Kombi. <http://komunitasubi.com/2017/11/fiachra-penyemai-belas-kasihan-di-eropa/>.