Category Archives: 2014.11 Belajar dari “Robohnya Surau Kami”

Belajar dari “Robohnya Surau Kami”

Salam sejahtera di bulan sebelas 2014, Sidang Pembaca! Judul cerpen A.A. Navis, “Robohnya Surau Kami,” mungkin sudah tak asing lagi bagi kita sejak masa sekolah menengah. Namun, mungkin juga kebanyakan kita cuma tahu judul karya sastra mashur itu tanpa tahu isinya. Sebagai suatu kritik sosial, “Robohnya Surau Kami” digubah secara… Read more »

“Lain?”

Oleh Daniel Siahaan “Aku menyembah Engkau selalu, Tuhanku.” “Lain?” “Setiap hari, setiap malam. Bahkan setiap masa aku menyebut-nyebut nama-Mu.” “Lain?” “Segala tegah-Mu kuhentikan, Tuhanku. Tak pernah aku berbuat jahat, …” “Lain?” “Ya, Tuhanku, tak ada pekerjaanku selain daripada beribadat menyembah-Mu, menyebut-nyebut nama-Mu. …” “Lain?”1 Percakapan imajiner di atas termuat dalam… Read more »

“Kalian di Dunia Tinggal di Mana?”

Oleh Sarpianto “Kita harus mengingatkan Tuhan, kalau-kalau Ia silap memasukkan kita ke neraka ini.” “Kalau Tuhan tidak mau mengakui kesilapan-Nya, bagaimana?’ “Kita protes. Kita resolusikan.” “Apa kita revolusikan juga?” “Itu tergantung pada keadaan, yang penting sekarang, mari kita berdemonstrasi menghadap Tuhan.”1 Begitulah cuplikan perbincangan lakon Saleh dengan rekan-rekan senasibnya dalam… Read more »

“Anak Cucumu Tetap Juga Melarat, Bukan?”

Oleh Febroni Purba Dalam cerpen terkenal karya A.A. Navis, “Robohnya Surau Kami,” kita mendapati kisah Saleh dan rekan-rekannya yang menggugat keputusan Tuhan memasukkan mereka ke neraka. Mereka berani—atau nekat—menggugat Tuhan karena merasa bahwa mereka sepantasnya dimasukkan ke surga, mengingat mereka taat beribadah sewaktu hidup di dunia. Namun, gugatan mereka rontok… Read more »

“Engkau Kira Aku Ini Mabuk Disembah?”

Oleh Viona Wijaya “Engkau lebih suka berkelahi antara kamu sendiri, saling menipu, saling memeras. Aku beri kau negeri yang kaya, tapi kau malas. Kau lebih suka beribadat saja, karena beribadat tidak mengeluarkan peluh, tidak membanting tulang. … Engkau kira aku ini suka pujian, mabuk disembah saja, hingga kerjamu tidak lain… Read more »

“Takut Masuk Neraka, Taat Bersembahyang”

Oleh S.P. Tumanggor Mendengar vonis “masuk neraka” dari Tuhan, wajah Saleh dan rekan-rekannya memucat. Mereka ini telah menghadap Tuhan untuk beradu argumen seputar keputusan-Nya memasukkan mereka ke neraka. Mereka merasa tidak layak menghuni tempat jahanam itu karena selama hidup di dunia mereka taat beribadah. Sialnya argumen-argumen mereka patah di hadapan… Read more »