Salam di bulan keenam 2018, rekan pembaca!
Bulan ini genap tujuh tahun Komunitas Ubi (Kombi) berkarya tulis. Disemangati semboyan “untuk Tuhan dan untuk bangsa”, Kombi telah menuliskan banyak topik seputar ketuhanan (dari sudut pandang iman Kristen) dan kebangsaan—sekreatif, seunik, dan seapik mungkin. Dengan semua karya tulisnya Kombi ingin turut menyumbangkan wawasan-wawasan berharga tentang keindonesiaan dan kekristenan.
Wawasan-wawasan itu didapat para peladang (penulis) Kombi lewat kinerja mewawas data dan fakta, membaca dan bernalar. Topik-topik tulisan Kombi memang dirancang untuk menggugah pembaca kepada perluasan wawasan setelah lebih dulu mendorong penulisnya kepada hal yang sama. Kali ini lima peladang akan berbagi pengalaman meluaskan wawasan di Kombi dalam lima tulisan yang memeriahkan perayaan ulang tahun Kombi.
Victor Samuel menggambarkan pengalaman menulis di Kombi sebagai perjalanan kemusafiran di jagat wawasan yang menuntun kepada oasis-oasis hikmah. Ia membayangkan bahwa jika kita tekun menjadi musafir wawasan, kita akan senantiasa disegarkan oleh oasis-oasis hikmah sehingga bisa berfaedah bagi kemajuan negeri.
Samsu Sempena menuturkan bahwa segala wawasan yang didapatnya dari menulis di Kombi mendewasakan pikiran. Ia memandang pendewasaan semacam itu akan membantu kita memahami dan mengatasi secara mangkus dan sangkil permasalahan pribadi, keluarga, bangsa, bahkan dunia. Alhasil kita menjadi insan-insan yang bermanfaat dalam kehidupan.
Victor Sihombing menceritakan bahwa semua wawasan yang diperolehnya dari menulis di Kombi membuat cinta bertambah kepada keindonesiaan dan kekristenan. Ia menyatakan bahwa setiap kita bisa meluaskan wawasan seputar hal-hal yang baik dalam hidup sehingga cinta kita bertambah kepada hal-hal tersebut dan menggerakkan kita untuk menghasilkan karya-karya berguna.
Helminton Sitanggang menuturkan bahwa segala wawasan yang didapatnya dari menulis di Kombi membangkitkan semangatnya. Ia memandang semangat yang dibangkitkan itu sebagai modal untuk berkarya sebaik mungkin dan sebagai daya gerak untuk memenuhi panggilan Kristus sebagai garam dan terang dunia.
Herdiana Situmorang melukiskan pengalaman menulis di Kombi sebagai penyelaman lautan wawasan demi memanen mutiara-mutiara hikmah. Ia percaya bahwa hal itu menyenangkan Tuhan, yang menginginkan hikmat menjadi perhiasan bagi manusia sehingga manusia bijaksana dalam kehidupan sehari-hari.
Kelima peladang di atas mewakili semua peladang Kombi yang juga bisa bersaksi tentang pengalaman serupa. Kelimanya pun mengungkapkan pentingnya meluaskan wawasan dan mengacu kepada hikmat/kebijaksanaan dalam mewawas data dan fakta. Itulah yang akan terus dipentingkan Kombi, rekan pembaca, selama Kombi masih dapat berkarya tulis untuk Tuhan dan untuk bangsa.
Selamat ber-Ubi.
Komunitas Ubi