Besar Kasih, Besar Karya

Oleh Herdiana Situmorang

Banyak orang Kristen berpikiran bahwa kasih yang besar seharusnya mencirikan orang Kristen yang sejati. Pikiran itu tepat, sebab kasih memang sangat ditonjolkan Alkitab. Namun, orang Kristen sejati pun seharusnya dicirikan oleh karya yang besar, yaitu karya semaksimal mungkin di bidang gelutan/panggilannya dengan talenta yang dimilikinya. Besar kasih haruslah berbanding lurus dengan besar karya.

Kita memang patut bersyukur karena bisa merasakan kasih Allah yang besar. Sebagai bagian dari umat manusia yang penuh dosa dan dimurkai Allah, kita membutuhkan kasih Allah untuk menolong kita. Puji Tuhan, “[k]arena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yoh. 3:16).

Ayat mashur itu menyatakan bahwa Allah mengasihi dunia, termasuk manusia di dalamnya. Karena mengasihi dunia, Allah berkarya di dunia dan di dalam hidup manusia. Natal, hari raya umat Kristen, memperingati karya kasih-Nya yang besar: mengaruniakan Yesus Kristus, yang digelari “Anak Allah”, untuk menyelamatkan manusia. Yesus Kristus mati di kayu salib menggantikan manusia berdosa supaya manusia berdosa yang percaya kepada-Nya beroleh hidup kekal.

Tetapi karya kasih Allah tak berhenti pada titik di mana orang yang percaya beroleh hidup kekal. Itulah sebabnya Allah mengilhami Rasul Paulus untuk menulis: “Perkataan ini benar dan aku mau supaya engkau dengan yakin menguatkannya, agar mereka yang sudah percaya kepada Allah sungguh-sungguh berusaha melakukan pekerjaan yang baik. Itulah yang baik dan berguna bagi manusia” (Tit. 3:8).

Setelah orang merasai kasih ilahi dan percaya kepada Allah, ia harus melakukan pekerjaan yang baik. Sebagaimana Allah mengasihi kita dengan berkarya, kita juga harus mengasihi Allah dan sesama manusia dengan berkarya—dan tidak bisa tanpa berkarya. Karya itulah pekerjaan baik yang disebut “baik dan berguna bagi manusia”. Karya itu juga tak bisa tidak dilakukan dengan sungguh-sungguh—dengan segenap kemampuan. Itulah karya besar!

Sayangnya, orang Kristen sering mengidentikkan karya besar dengan pekerjaan yang bersifat rohani belaka. Penginjilan dan kegiatan-kegiatan agamawi lainnya kerap dipandang sebagai cara paling tepat untuk mensyukuri kasih Allah yang besar. Sebaliknya, pekerjaan non-rohani, yang baik dan berguna, jarang dipandang sebagai karya besar yang memuliakan Allah.

Jika pandangan keliru semacam itu terus dianut oleh umat Kristen, maka umat Kristen akan mandul karya besar di tengah masyarakat, bangsa, dan dunia. Jika kita menelantarkan bidang-bidang kehidupan di luar bidang rohani (misalnya: ekonomi, politik, sosial, budaya, dll.), maka kita mengingkari karya kasih Allah yang ditujukan kepada dunia secara luas.

Johannes Leimena (1905-1977), pahlawan nasional merangkap tokoh Kristen Indonesia itu, tidak mau ingkar secara demikian. Jadi, karena percaya kepada Allah, ia sungguh-sungguh melakukan pekerjaan baik sebagai dokter, wakil perdana menteri, menteri kesehatan, dan jabatan menteri lainnya. Ia menggagas terbentuknya Puskesmas, mendirikan GMKI (Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia), dan berperan dalam pembentukan DGI (Dewan Gereja-gereja di Indonesia).1

Leimena sadar bahwa orang Kristen—seperti katanya sendiri—“[w]ajib turut serta dalam pemeliharaan dunia ini, turut serta dalam pekerjaan menegakkan kerajaan sorga dalam dunia ini.”2 Itulah wawasan yang mendorongnya berkarya bagi sesama manusia dan bagi Allah. Besar kasih menghasilkan besar karya dalam hidupnya yang bernas.

Dunia yang luas memang merupakan arena pekerjaan baik kita. Karena telah percaya kepada Allah, kita bisa sungguh-sungguh melakukan pekerjaan yang baik dan berguna di dunia, misalnya dengan menjadi arsitek yang menghasilkan bangunan indah dan kokoh, seniman yang melahirkan karya seni unik dan rancak, pengelola situs yang kreatif, pegawai yang rajin, dll. Semua itu merupakan karya besar dari kasih besar kepada Allah dan sesama manusia.

Jadi, sekali lagi, besar kasih haruslah berbanding lurus dengan besar karya. Orang percaya yang telah menerima kasih besar dari Allah patutlah menghasilkan karya besar dengan melakukan pekerjaan yang baik dan berguna di bidang gelutannya. Itulah yang menggenapi perintah ilahi terbesar—“kasihilah Tuhan” dan “kasihilah sesamamu manusia”.

Herdiana Situmorang adalah seorang dokter yang bermukim di DKI Jakarta.

Catatan

1 Muhamad Nurdin Fathurrohman. “Biografi Johannes Leimena-Pahlawan Nasional” dalam situs Biografi Tokoh Ternama. <https://biografi-tokoh-ternama.blogspot.com/2014/03/Biografi-Johannes-Leimena-Pahlawan-Nasional.html>; “Dr. Johannes Leimena” dalam situs Pahlawan Center. <https://pahlawancenter.com/dr-johannes-leimena/>. DGI kini menjadi PGI (Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia).

2 “Seri Mutiara Pemikiran Dr. Johannes Leimena (2)” dalam situs Institut Leimena. <https://leimena.org/blog/2013/08/13/seri-mutiara-pemikiran-dr-johannes-leimena-2/>.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *